Senin, 24 Juni 2019

WORKSHOP ONLINE SAGUSABLOG: MELINTAS BATAS KEMUSTAHILAN

Apa yang terbersit di benak Anda kala mendengar kata "workshop"?

Bagi sebagian (besar) orang, workshop adalah penggalan kisah kasih yang tak sampai. Dirindu dan diimpikan namun tak terjamah.

Lho kok?

Iya. Kalau tak percaya, coba saja ajukan pertanyaan tersebut.

Alasannya? Banyak. Mulai dari biaya tinggi, lokasinya jauh, daftar antri yang mengular, momen yang tidak tepat, dan mungkin masih banyak lagi.

Terkadang biayanya ada tapi lokasinya terlalu jauh. Kadang sebaliknya. Atau lokasinya terjangkau, waktunya oke, sayangnya biayanya kurang bersahabat.

Di sisi lain, saya kerapkali menemukan faktor nonteknis. Apa itu? "Saya tidak ditunjuk". He...he.....

Kalau yang ini biasanya untuk workshop yang informasinya melalui jalur kedinasan.

Lalu pertanyaannya: akankah niat mulia mengikuti workshop, untuk mengupgrade pengetahuan sekaligus meningkatkan kompetensi kita sebagai pendidik, terus dan terus tersangkut di langit tinggi alias hanya sebatas angan? Selamanya?

Hari ini saya bisa menjawab dengan gagah berani: TIDAK!!!

Minggu, 24 Juni 2019, hari ini, adalah hari kedua pelaksanaan Workshop Online Tingkat Dasar Gelombang 23 yang digelar oleh kanal Satu Guru Satu Blog di bawah bendera Ikatan Guru Indonesia (IGI).


Di mana tempatnya? Di rumah saja. Atau di manapun kita bisa mengikutinya. Tak harus ke mana-mana.

Ya, sesuai namanya, workshop online, segalanya benar-benar online. Mulai dari pendaftaran, pengerjaan tugas-tugas dan pengiriman, sampai konsultasi yang disediakan di kelas grup Telegram.

Alur kerjanya simpel: baca dan pahami panduannya, pelajari modulnya, ungkapkan kesulitan-kesulitannya, kirimkan tugas-tugasnya, lalu tunggu review dari pelatih dan nilainya akan segera muncul.


Sesimpel itukah? Iya. Masa' saya bohong. Saya 'kan orang baik-baik. He...he....

Yang barangkali tidak simpel adalah workshop ini menuntut pesertanya untuk melek literasi. Harus mau membaca dan mesti mecoba memahami dulu sebelum bertanya. Maka, bila kita termasuk kategori manusia "manja kelas akut" dimana selama ini terbiasa menerima hasil bersih pekerjaan (di wilayah saya biasa disebut "pasrah bongkokan"), workhsop ini akan sangat-sangat melelahkan sekaligus menjemukan.

Sebaliknya, bila kita ingin sembuh dari penyakit "manja kelas akut" tadi, workshop ini bisa menjadi semacam terapi awal.

Awalnya tentu tidak mudah. Beradaptasi dengan sistem seperti ini memerlukan lebih dari sebuah tekad baja. Keluar dari zona nyaman memang bukan hal yang ringan.

Tentu semua kembali berpulang ke diri kita karena kitalah yang menentukan pilihan sekaligus mengambil keputusan.

Cobalah sekarang ambil kertas dan tuliskan daftar hambatan-hambatan yang selama ini menjadi penghalang kita mengikuti workshop. Sebagian mungkin sudah saya tuliskan di awal artikel ini:
1.  Biayanya tak terjangkau
2.  Lokasinya jauh
3.  Waktunya berbarengan dengan jam kerja
4.  .......
5.  .......

Bila tiga hal yang saya tuliskan di atas selalu ada, artinya: kemungkinan kita untuk mengikuti workshop adalah sangat-sangat kecil. Atau bahkan mustahil.

Workshop Online Satu Guru Satu Blog, bagi saya, melintas batas-batas kemustahilan itu. Karena: ketiganya, keempatnya, dan seterusnya, tak lagi menjadi faktor penghalang.

Apakah kemudian hal-hal itu membuat Workshop Online Satu Guru Satu Blog ini menjadi gelaran sempurna? Saya tidak tahu. Mungkin di luar sana sudah ada atau bahkan banyak kegiatan sejenis. Tapi kebetulan ini kali perdana saya mengikuti workshop online di bidang pendidikan. Jadi tentu saya hanya bisa menilai dari apa yang saya tahu.

Tulisan ini juga tidak bermaksud memperdebatkan konsep workshop gratis dan berbayar. Apalagi sampai ke ranah kulitas, Sama sekali tidak. Tidak sedikit rekan-rekan saya, baik di dunia nyata maupun di dunia maya, yang sering mengikuti workshop berbayar. Dan saya lihat mereka sangat menikmatinya.

Yang ingin saya sampaikan adalah: bila dari berbagai banyak kendala, faktor biaya masih menjadi hal yang dominan, workshop-workshop online yang gratisan mungkin perlu dipertimbangkan untuk diikuti. Salah satunya adalah Workshop Satu Guru Satu Blog ini.

Kalau gratis berarti tidak lagi bergengsi, dong? He.....he.....

Kebetulan saya bukan pemuja gengsi. Kebetulan (juga) saya member aktif Ikatan Penggemar Gratisan Indonesia (IPGI). He...he..... Ini saja saya menulis artikel ini di ruang kantor SD dengan wifi gratis di tengah persiapan kegiatan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB).

PPDB sistem zonasi yang sedang diperdebatkan itu ya? Halah, kok malah sampai ke sistem zonasi segala, Mohon maaf ya: saya tidak hobi debat.

Akhirnya, bila ada pertanyaan: workshop apa yang paling bagus? Jawaban saya: workshop yang diikuti sampai selesai, tugasnya kelar sampai titik terakhir, dan kemudian diamalkan sebaik-baiknya setelah selesai. Bahwa kemudian ada sertifikat atau STTPL-nya, atau bahkan mengandung angka kredit, bagi saya, itu sebuah bonus belaka.

Oh ya: pesertanya berasal dari beragam wilayah di Indonesia, lho. Jadi bisa sekalian silaturrahmi dan mengenal lebih banyak rekan-rekan guru. Silahkan klik DI SINI untuk melihat daftar peserta kelas 23-I yang saya simpan di Google Drive.

Semoga Allah yang Maha Pemurah senantiasa mempermudah segala niat baik kita. Aaamiiin.

Salam Literasi!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar